Saturday, March 19, 2016

Batik TULIS jadul (2)

SAMPEL 2
Nama batik        : Pagi - Sore Pekalongan (jawa tengah)
Jenis kategori    : Kain Panjang perempuan.             

Dimensi             : 244 X 110 cm
Warna dominan : Beige (warna dasar mori)
Warna variasi    : merah - Ungu - CoklatHijau - Emerald Green

Sisi minus          : kondisi terawat baik
Sesi potret         : outdoor - pagi hari

Corak ornamen  : Bunga & kupu-kupu (Floral & butterfly)
Corak latar         : Kawung & Parang Baris
Bahan                : Katun / cotton


Deskripsi : 
Suguhan ornamen utama pada batik Pekalongan pagi sore ini menampilan keindahan kembang dan kupu-kupu. Sajian harmoni alam tentang dunia flora-fauna dalam ikatan simbiosis mutualism. Sesuatu pemandangan lumrahyang sangat mudah kita lihat di sekitar taman-taman. Kekuatan visual terletak pada pemilihan warna tegas dan kontras. Bisa jadi masih terinspirasi oleh pakem khas tekstil bergaya china. Seperti pada contoh batik tulis jawa hokkokai dipostingan sebelumnya. LINK 
Beda-nya, semangat akulturasi telah terlihat dengan penyertaan motif corak budaya jawa yaitu kawung & parang. Demi tujuan mengisi kekosongan latar yang luas. Dan ini sah saja sebagai trik modifikasi. Dual corak motif batik khas ini yang kemudian dalam tehnis pemakaian bisa disiasati untuk efisiensi. Saat pagi, para perempuan bisa memilih kawung dan sore latar parang saat mengenakan sebagai sewek. Bisa pula sebaliknya. Probabilitas-nya, motif batik pagi-sore sengaja dibuat produsen demi kepentingan para perempuan sebagai media sandang yang dalam sehari bisa dikenakan porsi dua kesempatan. Sehingga gak perlu mengeluarkan koleksi batik lain. Hanya untuk pemakaian rutinitas harian.
Motif bunga dan kupu juga tidak terlalu detil. Dibuat agak ikonik...tidak versi realis.   kelopak bunga lancip namun helai porsi besar. Bentuk kuncup tampak jelas berkat permainan isian/isen variasi garis dan multi titik. Justru yang membingungkan adalah gambar daun dan sayap kupu dibuat dengan versi sama. Daun tidak memiliki serat seperti penampilan biasanya, tapi lebih ikonik. Agak disamarkan. Sehingga sempat menyulitkan identifikasi awalnya. Bahkan rupa kupu disamarkan karena rupa sayap yang mirip daun. Belum lagi bentang sayap kiri-kanan diwarnai beda. Kalau tidak karena penyertaan juntai sungut maka bakal sulit dipahami. Apakah ada maksud tertentu dari penyamaran itu?

Bisa jadi begitu. Karena menurut al-kisah yang masih terekam jejak pitutur dan petuah . Terkait efisiensi ada juga kaum perempuan dulu yang kalau order batik tulis sangat menghindari jika terdapat motif hewan. Alasan-nya agar kain batik yang dimiliki bisa dimanfaatkan sebagai pelengkap sholat. Bagi kaum dulu, hal itu memang pamali terkait syariat ketentuan ibadah dalam Islam. Gak bakal sah sholat-nya jika masih ada motif binatang-nya. hal ini juga bisa dimaklumi jika mengaitkan gaya ornamen masjid hanya akan memainkan formasi bentuk kubistik dan fusi motif Patra.
Sekalipun tentu saja ada juga stok sarung dengan motif simpel lebih cocok digunakan. Berhubung kami tinggal di kampung Melayu, memang masih sarat dengan muatan peradapan peninggalan khas kota bandar dan relevansi tematik melayu. Hal seperti ini masih cukup lestari dalam kadar percapakan harian. Teguran kaum tetua jika mengingatkan anak muda "Jangan pakai kain dengan gambar hewan untuk sholat...sana pakai plekat". Plekat identk sarung. atau pelikat dengan motif garis/pola sederhana. Berasal dari sejarah muasal Palaiyakat. Dan ini masih runut sejarah tekstil yang sudah ada sejak bahula. Berurat akar hingga kini dalam khazanah tukar rumpun dan jelajah khalifah.
Salam nuansa budaya.
     



Variasi deretan dominasi latar dengan corak Parang Baris. Lebih terpola satu alur sisi. Pengerjaan akan lebih mudah dibanding dengan pakem parang rusak yang lebih dinamis. 

sebagian latar lain di dominasi motif Kawung Rambutan, sekalipun berasal dari Pekalongan. Namun satu referensi menyebutnya kawung Rambutan adalah gaya khas kawung Tuban. disebut rambutan karena memiliki helai-helai khas di tengah mengarah keluar bidang. Tapi bisa jadi ini sudah fase pengkayaan motif dari pengrajin.
Porsi kawung terlihat penuh, justru jika sekilas diamati lebih menyerupai formasi teratur/rapi kembang kamboja/jepun.

noktah lingkaran menunjukkan biota kupu-kupu




Ciri lain yang bisa mudah di identifikasi adalah mengenal pabrikan asal pembuat batik. Biasa-nya terletak disudut pinggir ujung dari kain batik. Sayang-nya stempel produsen sudah kabur, tidak terbaca jelas. 


Detil ornamen :

Perhatikan seksama, porsi tampilan bunga lebih gempal dan merekah (jawa: mekrok). Tidak dibuat lebih tirus seperti khas gaya pakem tradisi China. Ini yang dimaksud bahwa penyajian performa non realistik... tapi lebih ikonik. Analisa ini lebih diperkuat dengan penampilan gambar dedaunan... serat tulangan ruas tidak dibuat secara menjari sepadan lurus tangkai daun. Sekalipun secara morfologi bentuk daun serat begitu mirip tipe daun peltate. Tapi tipe peltate adalah bentuk daun membulat dan memang serat ruas khas menyebar dari tengah ke pinggir (sunburst). Sementara dedaun dengan bentuk lonjong dan oval ruas tulangan daun akan mengikuti struktur sejalan lurus tangkai pangkal daun. Selanjutnya ikuti ulasan dalam segmen foto.


poligon kotak menunjukkan performa daun dengan gaya ikonik. Perhatikan bentuk alur-alur serat daun yang dimaksud.

*Poligon kuning triple daun
*isen-isen latar belakang floral  dengan background warna biru (ultra marine) dipenuhi varian kurva dan pentul-pentul yang identik dengan awal terbentuknya kuncup.
*Bagian Lis-lisan / penghias tepi : bagian sisi panjang dibuat mungil dengan jajaran bentuk segitiga dengan single dot, Sementara bagian sisi lebar ditandai formasi sejajar segitiga agak besar dengan triple dot dan ruas garis.

Jika di zoom, maka baru tampak jelas bentuk si Kupu-kupu. Perhatikan sayap atas-bawah diwarnai dengan berbeda. Sementara  tarikan garis berwarna biru mempertegas julur kaki dan sungut biota yang dimaksud

No comments:

Post a Comment