Tuesday, November 1, 2011

Parang Sumbawa

Spesifikasi :
Tampilan kali ini adalah parang khas Sumbawa. Secara umum, dari ke-3 kabupaten meliput Sumbawa, dompu dan Bima memiliki bangun model fisik yang sama. Hanya saja model yang saya dapatkan ini terbilang cukup kecil. Dengan lebar bilah 2 cm. dan panjang hunus mencapai 43 Cm. Bisa jadi ini bukan tipe fungsi tetak, atau tebas.
Dari performa yang langsing dan memanjang lebih spesifik kategori sandang pakai keperluan manusia huma. Tepatnya fungsi pisau rimbas, untuk memotong sekedar ranting belukar. Tidak di-anjurkan untuk memotong dahan besar. terkait ukuran panjang dan lebar bilah tadi.

Hulu (hilt) terbuat dari bahan tanduk. Dengan pola ukir standar dan khas. Format Linier.. daun dan sulur-sulur. Size ukur hulu mencapai 14 Cm. Demikian pula pada motif ukir yang serupa pada sarung. Terbuat dari kayu, belum terdeteksi jenis. Baik pada pangkal dan hulu sarungnya. Terdapat pula 2 bentuk kotak menonjol dengan ukiran menyerupai 2 cincin ovalis yang saling terkait. Bagian itu adalah tempat mencucukkan utas tali yang digunakan untuk mengikat di sisip pinggang.
Khusus performa sarung, akan lebih menarik bila saja menggunakan kayu klicung. Bisa jadi karena memang terkait status yang mulai kian jarang ditemui. Langka, sejak kasus ilegal lodging merebak.
Bilah bukanlah jenis pengerjaan pola tempa lama. Tapi seperti umumnya pekerjaan khas pande besi sekarang yang lebih praktis memanfaatkan besi peer shock mobil. Bermata tajam pada 1 sisi mata bilah. dan ujung meruncing ke sisi dalam.
At least, ini hanyalah upaya sederhana dari dokumentatif terkait wacana sajam khas daerah sendiri. Parang... dalam debut ujar lokal lain kadang disebut berang. Sebenarnya kalau ditilik dari spesies jenis sama, ada saja parang yang telah mengalami up-grade status. Terutama bila telah disandang oleh tokoh masyarakat dan figur kenamaan di struktur masyarakat umum. Bahkan, sarung telah tampil dibalut pendok. Berhias format ukir yang sama... ceruk maupun sekedar cetakan. Manis dan mengundang daya visual eksotis.

















Wednesday, October 26, 2011

mainan LOKOMOTIF

Deskripsi singkat...,
Kali ini hadir item lain. berupa wujud Locomotif. Bukan kategori mainan kaleng (tin-toys) karena berbahan material logam yang lebih solid. Bisa jadi campuran antara nikel dan timah. Bahkan bisa jadi bahan kuningan yang dilapisi warna nikel. Beberapa hari mendatang akan perlu dibersihkan. Bahan logam mendekati materi yang sama dengan beberapa barang jadul umumnya.
Dan bisa dipastikan cara pembuatan dengan tehnis cor mal. cetakan yang berupa bentuk dasar dari Lokomotif.
Sebagai miniatur tentu tetap menyajikan nuansa jadul. Tampak pada ruang sang masinis atap-nya telah hilang. Namun, kalau memperhatikan bagian dasar yang terdapat lubang, Prediksi sementara saya, benda ini mungkin wadah celengan.

Dimensi ; panjang 14 cm, lebar 4 cm dan tinggi maksimal 9 cm mencapai puncak cerobong.









Wednesday, September 7, 2011

Badik Pangkep (SOLD)

Spesifikasi singkat :
Menurut sebagian referensi , badik ini model asal Pangkep (Pangkajene Kepulauan). Baik pangulu dan sarungnya menggunakan kayu Kemuning. Dimensi sarung hingga ujuang pangulu berukuran 26 Cm. Hunus rentang bilah 16Cm. Kondisi tampak garapan besi lama. tampak pada pola tempa yang menyisakan retakan di tengah punggung bilah. Pamor lebih identik ure' tuo... berupa alur garis halus dari pangkal menuju ujung bilah. Hanya agak tersamarkan dengan format garapan tempa di sisi mata bilah bagian tajam-nya.
Yang unik, pada tengah bilah sisi kanan terdapat cap sidik jari yang memungkinkan adalah milik sang penggarap (panre). Mungkin sebagai inisial karya... pengganti paraf. Pada pangkal pangulu sudah terlihat retakan. begitu juga pada warangka kemuning.. yang secara kepadatan tekstur kayu lebih padat. Riskan benturan.
Sisi lebihnya, badik ini masih menunjukkan sisi ketelitian garap. Yaitu pada keseimbangan dengan performa lumayan. Baik posisi horisontal maupun vertikal.


SOLD OUT




jejak sidik jari si Panre ??
bisa jadi ini indikasi pengganti paraf....,






titik imbang posisi vertikal & horisontal

Friday, July 15, 2011

Sampari yang mampir....,

Kali ini hadir lagi sebuah "sampari", istilah lokal etnis Mbojo (Bima dan dompu) yang ber-teritorial di wilayah pulau Sumbawa bagian timur. Tampilan tetap mengadopsi dari muasal induk, khas jajaran keris Sulawesi. Variasi kayu, seperti biasanya memasangkan dua jenis pilihan, pada angkup (yang menyerupai badan kapal phinisi) dan hulu menggunakan kayu kemuning, dengan tekstur yang lebih padat. Lalu pada gandar yang bercorak coklat gelap sejauh ini belum bisa saya berhasil identifikasi. Tekstur kayu tidak sepadat kemuning, namun melihat tektur terdapat formasi belang seperti merujuk pada jenis kayu yang oleh komunitas Sulawesi dijuluki kayu Bawang.
Bentuk hulu bagi kalangan komunitas lokal NTB disebut sebagai hulu Ekor Lebah. Terdapat retakan pada hulu. Formasi luk berjumlah 9. Bagian cincin berupa penyatuan seluk dan mendak memakai bahan tembaga. Layaknya bagian dari performa umum tampilan selalu minimalis. Bilah terlihat cukup banyak terlapisi karat akibat korosi. Masih dalam proses pembersihan. Jadi belum bisa mengenali jenis alur pamor-nya. Tapi dari sekedar runut jejak... seperti jenis pamor rante. Berupa kaitan perca pola yang merangkai seperti alur rantai. Pada pangkal, bagian ganja dilengkapi formasi ri-pandan dan lambe gajah. Layaknya sebilah keris khas sulawesi, dimensinya tidak lebih dari panjang hunus mencapai 40 cm. Dan sebagai benda garap khas silam, sampari ini setidaknya masih menunjukkan titik balans ala vertikal. Porsi yang setidaknya memperhatikan kinerja dan proses kreasi tidak asal2an. Demikian......,









pamor di prediksi model Rantai...



paska pembersihan... membaca jejak pamor

kini terlihat agak jelas,Pamor lebih mendekati tipe pamor ngulit semongko (istilah Jawa)
orang sasak menyebutnya "pamor Kelende"belum tau istilah mbojo menyebutnya apa...,




Menyambung in-depth mengenai sebilah sampari, ada sedikit rujukan bisa jadi acuan, karya literasi yang di keluarkan oleh DepdikBud ~ Direktorat jenderal Kebudayaan - Bagian Proyek pembinaan Permuseuman NTB, tahun 1994/1995.

Jika dirunut dari alur warna budaya per-SAJAM-an tradisional yang melintas di NTB, jalur timur pulau Sumbawa merupakan alur trah kerajaan Goa. Yang kemudian bercokol di bilangan Kerajaan Bima dan Dompu, sebagai etnis dikenal sebagai komunitas mbojo. Keris bagi komunitas mbojo lebih akrab disebut sampari.
Ada sedikit ungkapan yang menarik di halaman 26 (bab III) dari buku ini yang ulas dalam baris paragraf ringkas. Perihal bahasan Fungsi sebilah Keris. Tertulis sebagai berikut ...,

Masyarakat di kabupaten Bima dan Dompu yang berasal dari satu etnis yaitu Mbojo, mendiami bagian timur pulau Sumbawa, mengenal tradisi menganugrahkan senjata (keris) kepada anak laki-laki menjelang di-khitan. Tradisi ini disebut Compo Sampari yang berlangsung sampai sekarang. Si anak yang telah dianugrahi (Compo) keris (Sampari) dari kakek-nya, selanjutnya melakukan Maka dengan ucapan sebagai berikut : "Mada dou Rangga, Wau Jaga Sarumbu" yang arti harfiahnya, saya laki-laki jantan, sanggup menjaga diri atau membela diri.

illustration Tropen Museum - Compo Sampari ceremony (1953)


ilustrasi bocah di gelaran acara Compo Sampari