Thursday, March 31, 2016

FS : piring hias tempo dulu

Deskripsi : Piring hias motif Terawangan. Memiliki ciri lingkar tepian berongga. Biasa sebagai hiasan bufet di rumah tempo dulu. Bergambar khas flora dan buah-buahan. Piring hias tipe ini sangat jarang di pajang sebagai hiasan dinding. Tapi diletakkan dalam kolom bufet atau lemari pajangan khusus benda-benda suvenir. Tidak dilengkapi dudukan penyangga. Namun pada kasus tertentu bisa juga dipasang sebagai hiasan dinding hanya perlu menambah lingkar kawat dan fungsi pengait. Warna tepi biru dan ke-emas-an. Beberapa sudut terlihat mulai luntur. Tersedia hanya 5 item dalam satuan set.  Diameter 20 Cm. Kondisi mulus tanpa retak dan cuil. Status Barang koleksi pribadi. Peninggalan generasi buyut dengan kisaran usia hampir 70-an tahun.

Rp 2.500.000,-/all (blm ongkir)




pada setiap bokong piring ditandai huruf H dengan cat, merujuk inisial nama pemilik. Kalau dari silsilah nenek bernama Hadijah. Sedangkan piring-piring sudah ada dari jaman buyut dengan nama Husna. Paling tidak dari sini agak lebih mudah memprediksi kisaran usia piring.






Sunday, March 20, 2016

LOK CAN - Batik Tulis Rembang kuno (4)

SPECIFICATION :
Name of Motive : LOKCAN - Batik Tulis
Origin                :  Rembang - Central of Java - Indonesia
Process             :  Hand Drawn

Dimension        :  160 X 96 Cm
Type                  :  Sarong 

Material             :  China's SILK 
Color                 :  Beige                  
Ink                     :  Single color - Black
Ornament          :  Floral & Fauna
Age estimated  :  +/- 150 tahun
Condition          : some parts have tiny holes.
Place founded   :  Lombok - Indonesia.


NOTE : 
Batik Rembang ke-4 semakin beda dengan ke-3 lainnya. Beberapa ornamen gaya sisir masih tetap dipertahankan. Burung mitologi 'Hong' menjadi motif utama. Bahkan ditampilkan dalam jatah bidang terbesar dengan beda rupa gambar, versi ikonik dan abstrak. Dan pada kolom petakan lajur horisontalnya. Pada bidang besar tidak terlihat varian daun model pakis (Fern).Malah di variasi lagi dengan bentuk kelopak bunga beda. Termasuk model daun bergerigi dan terkesan berduri. Bisa jadi ini merupakan inisiatif dari pengrajin batik. Atau mengadopsi beberapa tanaman khas yang ada di daerah bersangkutan.

Kolom petak panjang pembatas pinggir juga selain agak mirip dengan tipe batik tulis ke-3 juga ada sedikit penambahan rupa sepasang triple lentikan khas. Pada alur kolom tengah yang pada pemakaian busana garis motif ini menempati posisi lurus bokong pemakai-nya. Terdapat ornamen bentuk-bentuk geometris. Memodifikasi bentuk segitiga sama kaki. Dengan isen-isen (pemanis hias isi) berupa gambar flora dan tepat tengah berupa belahan ketupat. 
Over-all, kondisi batik tulis ke-4 ini lebih terbilang paling baik dari yang lain. Sekalipun menggunakan tinta tunggal hitam. Namun pada beberapa goresan motif tertinggal jejak warna biru. Kemungkinan ini efek campuran warna tinta. Atau malah luntur? Tapi jika dikaitkan dengan nama Lokcan...secara lafal lain Luk Cuan, Yang menarik justru jika dikaitkan asal etimologi-nya.. LokCan dua frasa asal LO berarti biru..dan CAN bermakna Sutera. Hal ini jika merunut asal referesi LO-CAN. Sehingga dari poin ini sekalipun bukan jadi kesimpulan akhir, bisa jadi warna dasar asal kain sutera ini biru...kemudian di warnai krem/beige. Setidaknya ini bisa menjadi prediksi dan dalil untuk penelitian LokCan sebagai khazanah perkembangan tekstil tanah air.

Catatan tambahan :
Perihal konotasi Lok Can yang dimaknai sebagai batik "sutera biru". Ada satu kanal lain yang secara gamblang menyebutkan asal warna tanaman tertentu sebagai bahan warna batik alami. Yaitu Tarum. alias vegetasi tanaman indigo (indigofera) sejenis tanaman perdu, kategori polong-polongan (Fabaceae). Menariknya bagian yang menghasilkan warna Biru(indigo/nila) adalah pada daun-nya. Tanaman ini sudah lama dikenal dalam geliat industri batik Indonesia. Dijuluki 'tanaman Cat'. Selain bersifat bahan alami, juga merupakan tanaman khas indonesia. Untuk 1 jenis spesifik, tentu saja. 

foto tarum bernama latin Indigofera tinctoria
Tarum atau indigofera dikatakan juga sebagai komoditas dagang yang penting. Sebab telah menjadi sektor pendukung industri di dunia. Sehingga wajarlah dimaknai sebagai tanaman eksotis yang cukup memberi dampak peradapan. Disamping itu tanaman ini juga memilikii fungsi pengobatan di bidang Herbalogi. 
Dugaan kuat sementara, sekaligus menjadi alibi, bahwa rembesan dan kesan luntur yang JELAS berwarna biru di kain ini mempertegas asumsi dan gulir analisa saya sebelumnya. Bahwa Lok Cuan tidaklah bermakna asal konon identik Sutra biru asal China. Tapi merujuk pada nama tanaman buah lokcan atau berembang. Sebagai salah satu jenis vegetasi kelompok mangrove(bakau). Dan ditampilkan secara atribut ikonik motif batik. Sementara konotasi "batik Biru" lebih mengarah pada asal bahan warna.

Seperti paparan saya diatas. Pada koleksi batik lokcan(4) ini tidak terdapat untaian helai daun pakis (fern). yang awalnya saya pikir juga merujuk pada motif itu didedikasikan terhadap tanaman pendukung pangan. menu sayuran Paku. Malah pada kanal web/blog lain dimaknai sebagai untaian bulir Padi. Semata kemiripan pada untai bentuk lambang Padi dan Kapas. Standar logo-logo khas institusional di Indonesia.
Sementara pada tiga koleksi batik lokcan lain sangat mudah menandai bentuk daun fern itu (liat inset dan tanda lingkar kuning). Indikasi dan gulir analisa ini semakin menguatkan. Apalagi jejak warna biru di beberapa sudut semakin menambah penguat dalil dan lacak pemecah misteri terselubung pada batik lokcan. Dan harapannya tentu saja wacana ringkas ini dapat menjadi poin pencerah.
Ah..sejenak membayangkan sungai CiTarum... masih adakah vegetasi keren ini berjebul sebagai penghias barikade sempadan disana? Atau mungkin dibabat lenyap...hingga sandang sekedar nama.  





Perhatikan baik-baik sesuai corak motif dan penanda poligon beda warna.
1. Burung Hong petak atas sangat abstrak
2.Burung Hong dipetakan biru juga agak semi-abstrak
3.  Burung Hong di petak vertikal
Kuning agak ikonik.
4. pada lingkaran
Pink terdapat 1 tampilan bunga yang berdiri sendiri. lebih menyerupai kantong semar. Sehingga secara posisi balansi tidak simetris. Tapi seperti ungkapan umum justru ini ciri keunikan khas batik tulis.





** Perhatikan seksama..., warna-warna biru terlihat pada beberapa tampilan motif.  Apakah fenomena yang terlihat sebagai lunturan warna bisa dijadikan analogi makna warna sutera biru? Silahkan di amati dan dijadikan pelajaran bersama.  






Warna biru/indigo yang ditengarai sebagai indikasi bahan pewarnaan alami asal daun tarum/indigofera

LOK CAN - batik tulis Rembang kuno (3)

SPECIFICATION :

Name of Motive :  LOK CAN -  Batik Tulis
Origin                :  Rembang - Central of Java - Indonesia
Process             :  Hand drawn 

Dimension        :  160 X 98 Cm
Type                  :  Sarong 

Material             :  China's SILK
Color                 :  Beige               
Ink                     :  Single color - Black
Ornament          :  Floral & Fauna
Age estimated  :  +/- 150 tahun
Condition          : some parts have holes.. torn...and knitted.
Place founded   :  Lombok - Indonesia.



NOTE : 
Masih bertema flora dan fauna. Aksen motif utama tetap pada si Mitos burung Hong. Persis seperti sampel batik tulis yang pertama warna dasar hijau.
Bentuk burung Hong dibuat lebih abstrak. Jika pada batik tulis hijau porsi gambar lebih besar. Maka di batik ke-3 ini ukuran agak sedang/medium size. Imbuhan ornamen pendamping dipenuhi formasi burung hong kecil. dipenuhi motif bunga dengan ciri utama seperti rupa sisir. Dan pengulangan rupa helai daun mungil berpasangan. Saya menduganya sebagai kelompok tanaman paku-pakuan (fern). Yang sedikit beda adalah kolom penghias sisi pinggir-nya. kwartet kelopak bunga dengan suguhan juntai ranting sambung tak putus. Ada noda bekas luntur warna biru. Bisa akibat proses pencucian yang digabung kain-kain lain. Lunturan BIRU ini apakah relevan jika dikaitkan dengan konotasi nama LokCan? Sebab nyaris sebagian kanal blog/website ada rentet deskripsi tentang frase Lok can adalah asal terjemahan kata china bermakna Sutera Biru. Sebagai referensi pembanding bisa sekedar kunjung di wacana blog kami yang lain http://gala-aksi.blogspot.co.id/2016/04/batik-lokcan.html

Sekalipun terdapat bagian yang koyak karena faktor penuaan bahan. Tapi secara keseluruhan kondisi masih lebih baik daripada batik hijau seperti tercantum pada inset.   





Beberapa bagian kain terlihat warna biru. Bisa jadi luntur akibat waktu pencucian... karena digabung dengan kain yang lain.







LOK CAN - batik Tulis Rembang kuno (2)

SPECIFICATION :

Name of Motive :  Lok can - Batik Tulis
Origin                :  Rembang - Central of Java - Indonesia
Process             :  Hand drawn

Dimension        :  160 X 102 Cm
Type                  :  Sarong 

Material             :  China's Silk 
Color                 :  Beige - bermuda                
Ink                     :  Single color - Black
Ornament          :  Floral & Fauna ( China & local )
Age estimated  :  +/- 150 tahun
Condition          : some parts have holes.. torn...
Place founded   :  Lombok - Indonesia.


NOTE : 
Secara gambaran umum, batik ini juga berasal dari eks pemilik sama. Jadi prediksi dan warna sejarah hampir sama dengan a[pa yang saya paparkan di posting   LOKCAN - Batik Tulis Rembang (1). Nuansa ornamen flora masih dengan gaya sama. Banyak rumbai seperti rupa sisir. "comb looks like". 
Burung mitologi Hong/phoenix tetap menjadi sajian ikon utama. Tapi tidak lagi seperti penyamaran gaya simbolis seperti di batik rembang 1 yang dibikin agak ikonik dengan helai-helai memanjang. Burung Hong ini lebih tampak porsi realisnya. Ekor dan sayap dibuat lebih bergerigi. Sehingga lebih mudah di identifikasi secara langsung. Sekalipun bentuk kepala agak masih disamarkan seperti rupa daun. 
Ornamen yang tampil beda lagi ada pada lis-lisan. Lajur kolom dengan tepi ragam motif seperti gambar kepalan telapak tangan dengan ruas jari terbuka. Tapi jika posisi terbailk lebih mirip rusa lengkap lengkungan tanduk. 
Batik Rembang ke-2 makin memperkuat alibi dan analisa sebelumnya. Bahwa nuansa etnik unsur pengaruh gaya tiongkok-nya sangat kental dengan ikon utama burung Hong. Lebih menarik lagi adalah pada salah 1 garis sepanjang sisi kain terdapat inisial khusus merujuk nama pabrikan pembuatnya. The Kim Hin Joana (segmen foto terakhir). Cukup jelas terbaca meski tulisan tinta biru agak mulai memudar. Bisa jadi memakai alat Stempel. 

Sekalipun dalam proses telusur rekam jejak pencarian info berikutnya tidak berhasil. Tidak terdapat info apapun hasil search engine yang merujuk nama pabrikan batik Rembang. Bisa jadi memang belum/tidak terdaftar resmi secara hukum administratif wilayah setempat dimasa itu. Atau skala usahanya baru sebatas lingkup home industri. Yang pasti tidak ada database info pendukung-nya. Hanya saja kalau di tracking berdasarkan nama "Kim Hin". Ada banyak keluar informasi terkait nama ini. Prediksi saya Kim-Hin identik nama marga. besar kemungkinan Kim-Hin adalah nama garis induk keturunan moyang perintis (moyang perantau) dari salah satu keluarga cina peranakan disana. Yang kemudian dianggap sebagai moyang pendahulu. Sebagai pembuka jalan awal misi migrasi ke Nusantara. Dalam hal ini Jawa Tengah. Pertimbangan ini dikaitkan karena terdapat salah satu situs di persembayangan umat budha di Gresik - jawa Timur. Kelenteng ini bernama "Kim Hin Kiong". Setidaknya dari sini bisa sedikit ada titik cerah dari proses identifikasi. Mungkin kelak bisa makin runut dalam pencarian silsilah keluarga Kim Hin.
NOTE : Gresik, notabene merupakan juga kategori kota pesisir. Sebab lokasi paling dekat dengan Surabaya (UjungGaluh). 


Perhatikan 2 ornamen utama & sisipan dikolom persegi.
1. poligon lingkar : Burung Hong tampak lebih nyata.. sekalipun penampilan kepala agak tersamarkan karena menyerupai helai daun. Tapi secara keseluruhan dibuat lebih lengkap. tubuh dan terutama  rumbai bulu, sayap dan ekor.
2. Poligon kotak atas : postur burung hong lebih ikonik. Jika dikaitkan dengan penamaan 

motif lokcan asal Indramayu.. hong ikonik dinamai juga motif "Merak Ngibing". 



lebih dekat gambar burung Hong.



Bagian pinggir/tepi yang mengalami rusak... semacam kena getah. Besar kemungkinan karena pemakaian sebagai atribut hias dan terkena tetesan dari bahan-bahan rias saat dipakai momentum acara tertentu. 


The Kim Hin Joana, inilah jejak literasi yang sedikit menguak sedikit tabir asal pembuatnya. Sekalipun masih butuh lebih banyak pelacakan lanjutan jika ingin lebih banyak mengetahui asal-usul pembuatnya.  Secara tampilan motif dan gaya sajian gambar peluang ke-4 tipe batik Rembang berasal dari produsen yang sama. Alibi-nya berdasarkan dulu telah banyak berkembang workshop batik yang dikelola oleh para komunitas keturunan Tionghoa disekitar daerah pesisiran Pantura.
Penguat prediksi lain, adalah pemilihan prefik kata bahasa inggris "The ....." indikasi ini masih sangat menunjukkan perkembangan inisial yang saat itu bisa jadi belum memperhitungan semangat nasionalisme. Besar kemungkinan 'tabiat' penulisan seperti ini jauh dari era Bung Karno berkuasa. Dimana ditengarai kisaran tahun 60-an pernah mengeluarkan kebijakan ketat pada bidang apapun untuk menampilkan citra khas Indonesia. Tidak saja pada bidang industri tapi juga warna budaya. Ambillah contoh kasus haram-nya gaya musik rock n roll yang identik barat. Bahkan personil Koes Plus pernah meringkuk penjara karena musik ngak-ngek-ngok  dianggap lebih identik ke-barat-baratan. Itulah tahun-tahun ketika seseorang yang menggandrungi lagu-lagu barat dianggap kontra-revolusi dan terindikasi terlibat kegiatan subversif yang merongrong budaya nasional.
The Kim Hin..... The Beatles... Everly Brothers..., Koes Brothers, warna penyertaan imbuhan kata (afikasi) yang pada rentang masa itu bisa jadi menjadi konotasi 'haram' bagi rezim orde lama. Namun kembali lagi bahwa ini masih sebatas praduga awal saja. Apakah kemunduran Kim Hin xxxx akibat pembekuan aset dan gerak operasionalnya lantaran kebijakan tadi. Atau degradasi bisnis merosot secara alamiah akibat persaingan bisnis murni. Atau malah ketidak-berdayaan survive pada eksistensi dan kompetisi bidang textiel.  Who knows ???     
Namun berbagai kompilasi praduga itu bisa beragam. Jika dikaitkan dengan kebijkan orde lama yang menolak unsur berbau non nusantara. Hal ini bisa jadi kontraversi. Seperti yang saya paparkan pada wacana lok-can batik tulis rembang kuno (1). Jika di kalkulasi prediksi umur kain dengan usia kemilikan yang mendekati generasi kelahiran di kurun tahun 1800 jelang masuk 1900. Bisa jadi rentang waktu terlampau panjang. Karena orde lama eksis di tahun 1950-1960. Justru belakangan saya mendapat sedikit pencerahan lain. the Kim Hin Joana ini bisa jadi merujuk asal nama tempat yang juga ada di Jawa Tengah. Pemilahan ini anggap jika trah nama leluhur peranakan tadi ber-fam Kim Hin. Lalu bagaimana dengan inisial Joana??? Secara eja lafal toh Joana gak jauh dari aksen ujar Juana/Juwana. Yang secara sejarah lingkup sentra batik juga terkenal dengan khas Lokcan. bersentuhan dikit regional Rembang. Dan sebagai prediksi ini sih sah-sah saja. Kecuali kelak ada pencerahan berikutnya. Semoga.

LOK CAN - Batik Tulis Rembang kuno (1)

SPECIFICATION :

Name of Motive : LOK CAN - Batik Tulis
Origin                :  Rembang - Central of Java - Indonesia
Process             :  Hand Drawn

Dimension        :  160 X 97 Cm
Type                  :  Sarong 

Material             :  China's Silk
Color                 :  Green   ***      
Ink                     :  Single color - Black
Ornament          :  Floral & Fauna
Age estimated  :  +/- 150 tahun
Condition          : some parts have holes.. torn...and knitted.
Place founded   :  Lombok - Indonesia.


Price on Request

NOTE : 
Penelusuran awal identifikasi motif/corak batik Rembang jenis ini agak rumit. Dari hasil googling hanya ditemukan 2 sumber kanal. Disana disuguhkan contoh cuma satu foto yang mewakili motif rembang.  Kebetulan motif-nya sangat mirip sekali. Tapi tidak disertai keterangan detail nama motif. Yang disebutkan justru papar keterangan bahwa secara umum batik Rembang secara corak adalah ciri fusi pengaruh warna budaya antara Jawa, Arab, Cina, India dan Eropa. Yang tidak lebih relevan lagi motif terkenal justru disebut dengan nama 3 negeri. Juga ada 4 negeri. Penamaan 3/4 nagari ini bukan mengacu pada nama negara, tetapi inisial dari penamaan dari status wilayah administrasi yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda dimasa lalu. Sehingga secara kategori batik ini disebut sebagai khas batik Pesisiran. Identik dengan perkembangan industri batik diwilayah pesisir. Atau kelak (masa kini) kita lebih  mengenal dengan wialyah Pantura. 
Bahkan kecamatan Lasem (Lao Sam) sebagai kota ke-2 terbesar dikabupaten Rembang. Dikatakan memiliki perkembangan pesat dibidang Batik. Sampai-sampai dijuluki Tiongkok Kecil. Ini terkait dengan sejarah ekspedisi Chengho. Proses perpindahan warga tiongkok hingga menetap dan mewarnai (akulturasi) peradaban di tanah Jawa. Ciri budaya dan penetrasi di motif batik Lasem yang kental nuansa china adalah penyertaan burung Hong. Alias Phoenix yang dianggap sebagai hewan sakral dalam mitologi bangsa China.
Di kanal lain malah yang disebutkan motif terkenal dengan debut Motif Latohan dan Watu Pecah. Ini-pun belum mengarah pada jawaban atas penyidikan motif bersangkutan.

Pengembangan analisa mutlak diperlukan. Apalagi secara lingkup teritorial Rembang dan Lasem berdekatan. Akulturasi dan jalin warna peradapan itu pasti terjadi. Budaya membatik sudah seiring sejalan pada periodik kurun masa itu. Dan justru paling mudah ter-"baca" dari gambar ikon di Batik Tulis Rembang ini adalah gambar burung Hong, sang aves mitologi tadi. Sajian corak motif di batik Rembang ini jika disandingkan pada motif 3 negeri jelas akan beda variasi ornamen dan taste visualnya. 3 Negeri terpampang lebih eksotis dan tetap menyertakan ikon burung Hong tapi dalam porsi nyata. Agak realis. Sementara Hong dan pernik ornamen pendukung di batik Rembang ini dibikin lebih minimalis. Artinya dibuat dalam goresan-goresan sederhana. Sentuhan etnik lebih terasa. Bobot nuansa primitif kental seperti mencerminkan budaya pagan. Sebagai konsep isme pada lingkungan/alam yang memiliki dinamika energi.
Keluguan tarikan gores diperkuat oleh garapan hasta langsung. Entah identik pengrajin atau penggarap dengan muatan seni tersendiri. Lebih spesial sebab cuma mengandalkan 1 warna tinta. Isen-isen di imbuhan ornamen utama dan pendukung lebih kaya permainan garis...kurva..bulatan..liukan garis khas adaptasi patra. Terakhir baru permainan variasi titik-titik. 

Namun, bagi saya ciri penyajian paling spesifik adalah rupa helai sayap-ekor burung dan pemanis riasan bunga tampil dengan rumbai-rumbai memanjang. Seperti performa sisir.. "Comb looks-like".  Selain tentu-nya formasi bentuk bunga lain. Ornamen bunga pembatas rias pinggir berupa kwartal kuncup dengan helai sulur jamak. Mengingatkan gaya patra bunga di pahatan kayu tradisional khas Indonesia. Satu lagi, terdapat motif daun pakis. Sejauh dugaan, mungkin ini sebentuk pesan. Apresiasi terhadap tanaman paku-paku-an (Fern) yang memberi nilai manfaat sebagai pakan alternatif masyarakat. Selain manfaat ekologis juga nilai ekonomis.

Secara kondisi, batik tulis rembang "tempo doeloe" ini sudah terlihat renta. Pada bagian pinggir dan sudut tertentu terlihat robek dan bolong. Ada pula tindak perbaikan dengan upaya menjahit. Bisa dimaklumi karena faktor aging. Dan juga terkait perlakuan cara penyimpanan dari eks pemilik sebelumnya. Sehingga tidak terpikir upaya memadai untuk antisipasi faktor jamur. Terlebih kain berumur akan butuh extra perlakuan khusus. 

Lalu bagaimana kaitan bisa nongol di Lombok. Alasan-nya bahwa kain ini memang di miliki oleh salah satu keluarga dibilangan Ampenan-Lombok. Secara silsilah merupakan keluarga pedagang/bisnis dan campuran bangsawan. Masih teguh memelihara prosesi rangkaian budaya adat pada momen tertentu. Memiliki koleksi dari rangkaian koleksi busana, kain asli khas Lombok hingga atribut aneka pernik perhiasan adat lama.
Pada awal-nya ada pendapat menyebutkan bahwa ini adalah kain khas aseli buatan Lombok. Secara lugas, garis level cucu/cicit menyebutnya juga dengan julukan 'kain Rembang'. Tanpa embel-embel batik. Tapi saya pribadi punya pendapat lain berdasarkan kaitan serangkaian fakta dalil. Sekalipun di kawasan pesisir selatan dari Kabupaten Lombok Timur ada tempat bernama desa Rambang. Terletak diantara jalur LabuanHaji dan Tanjung Luar. Rambang edisi 50-60's pernah dibangun bandara perintis tapi hanya untuk keperluan penunjang kepentingan AURI. Sementara Labuhan Haji era lama juga merupakan kota bandar dengan perkembangan sirkulasi ekonomi lumayan baik. Setidaknya masih dianggap sebagai daerah kantung ekonomi penunjang wilayah timur pulau.
Konon, dulu Masyarakat-nya masih guyub dengan beragam etnis. Termasuk Tionghoa. Hanya sejarah bicara lain. eksodus besar-besaran warga keturunan terjadi ketika pertengahan 60-70'an, sejak pecah peristiwa G-30-S. Sejalan waktu, entah itu terkait rangkaian kebijakan dan rencana strategis dari pengendali kepentingan. Eksistensi pusat perkembangan kemaritiman tetap berada di Ampenan, wilayah sisi barat pulau. Kawasan batas akhir yang relatif masih 'aman'. Lebih dinamis dalam struktur kemasyarakatan yang majemuk. 
Sebagai gerbang utama yang sokong niaga dan perekonomian vital. Bukan saja berstatus sebagai gapura utama pulau Lombok saja. Bahkan mempengaruhi rangkaian estapet perkembangan nusa arah timur. Lingkup Sumbawa sebagai titel NTB. Bahkan kota bandar Ampenan sudah sangat terkenal sejak era pendudukan kolonial Belanda, yang masa sebelum kemerdekaan dikenal dengan istilah Sunda Kecil.
Dikaitkan dengan budaya tekstil adat. Apakah 'masa' itu berkembang batik di Lombok...ataupun sentra kerajinan di batik Rambang? Skeptis saya malah! Sebab secara geliat peradapan dikancah adat pedalaman dan runut jejak sidik identitas warna budaya di museum berkata lain. Warga Lombok asli sangat lebih friendly dengan busana songket. Kain Sesetan hasil kinerja tenun tangan non mesin. Bahkan jejak peninggalan-nya masih bertahan hingga sekarang. Di kampung Rambitan atawa desa Sukarare. Bahkan secara gulir promosi pemerintah daerah menjadi ikon penunjang derap laju Pariwisata.

Well, 
Jadi apakah tidak mungkin ada segelintir sentra batik di Lombok? Jaman itu bisa dipastikan tidak ada. Pengrajin batik baru muncul edisi 2000-an Akhir-akhir ini, melalui gerakan pemberdayaan ekonomi kreatif dengan nama batik SaSaMbo. Selain upaya polemik industri juga kreasi gaya baru yang sebenarnya lebih berusaha mencapai tatanan Mono-identity dari triple wajah kesukuan yang ada. Malah pada penafsitan agak kontra-produktif setelah saya lakukan penyidikan singkat. Hm, untuk detil unek-unek sudah saya tuang di posting kanal blog lain. Batik SaSaMbo.. batik tanpa pakem tradisi                


taken from enotes.com
Perspektif berikutnya adalah besar kemungkinan stok kain asal Rembang (asal jawa) ini memang masuk melalui geliat perniagaan murni. Sebagaimana konsep lahir muasal-nya dulu. Corak  batik Lasem-Rembang diprakarsai oleh kaum migran, Tionghio keturunan. Dikenal status batik pesisiran yang memiliki kesan universal dan egalitarian. Dari sana memang berkembang-biak di pesisir...ber-infiltrasi ke wilayah lain, pasti di lingkup sedi-sedi pesisih (bahasa sasak yang artinya 'pinggiran-pinggiran pantai. Coastline). Rangkaian lahiriah konsep basis kepulauan. Antar nusa...Nusantara!


rupa kepompong ulat sutra dikenal sebagai Kokon
Kini jika ditinjau dari bahan dasar sutera. Indikasi bahan material mahal. Akan lebih riskan lagi kalau mengaitkan bahwa ini produk lokalan. Sebab peradapan lama yang telah jauh giat membudidayakan dari mulai kepompong...sampai aktif berproduksi kain sutera adalah negeri Tiongkok. Sangat relevan dengan sejarah jalur sutera... Silk Road.  Yang kelak dalam penyebaran-nya dilakukan baik via darat maupun laut. 
Asumsi ini setidaknya mulai merangkai struktur dugaan dan analisa sebelumnya. Bahwa sutera merupakan bahan pilihan berkategori import. Berkelas dan tentu saja kans-nya sangat terbatas dimiliki. Hanya oleh kalangan tertentu saja. Dalam hal ini lebih ditunjang faktor ekonomi berkecukupan Sudah mapan! Toh secara gamblang diakui oleh pemiliknya sebagai generasi trah ke-3 (garis anak umur 50-60 tahun). Ayahnya yang sepuh hampir mencapai usia 89 tahun. Artinya kisaran lahir antara 1927/1930.  Kain ini sudah dimiliki sejak strata moyang. Yang besar secara hitungan usia  bisa diprediksi jika ditarik mundur sekitar 1800-an. Selain berdarah bangsawan lokal juga bertemu gen keturunan Palembang. Sebagaimana fakta kota bandar di Ampenan dan wilayah sekitarnya. Proses akulturasi budaya itu-pun otomatis telah membawa nuansa pembauran unsur masyarakat heterogen. Warna peradapan ini yang kemudian berujung pada penamaan identik. Misal saja : Kampung Banjar, Bugis, kampung Arab, Karang Ujung (Karang ideal zona rumpun etnis hindu Bali). Pemukiman warga keturunan cina alias kecinan/pecinan (china town).  Hingga tempat saya bermukim Kampung Melayu. Sedikit merayap ke range luar ada penamaan kampung Tangsi dan Kapitan. Nuansa bandar itu tetap melekat sekalipun edisi kini populasi sudah semakin lebih campur-baur.
Secara kesimpulan akhir..itulah unik-nya selembar kain batik. Jika dikaji lebih runut tidak saja akan membawa jalinan warna kisah dan sejarah yang melatar belakangi. Namun juga mengulas nostalgia serambi tempo dulu.

Apakah cukup disitu. Ternyata apresiasi tentang 'kain' Rembang ini juga hadir dalam satu tembang kreasi baru. Jika awalnya saya masih sangsi terkait konotasi batik ataukah kain lokal. Maka simak saja deretan lirik berikut. Sekalipun berupa rima dasar dari cuplikan pantun tapi jelas disebut dengan judul resmi "Batik Rembang".
"Batik Rembang - Batik Rembang beteluki... Uni jajak gamaq kakak dalem dese... Apik ntan apik ntan de side muni... Uni salaq gamak kakak sik te sede".

Boyak empak lek segare.. kadu kandok kance nasi... mele bketoan sareng sami.. silak pade lampak bace cerite. Mencari ikan dilautan...untuk bekal lauk berteman nasi. Ingin bertanya pada semua ..mari berjalan baca cerita. Pamit dan salam.

ADDITIONAL :
Finally, geliat pencarian nama motif ini membuahkan hasil. Lebih spesifik kain ini disebut Batik LOKCAN. Beberapa kanal lain menyebutnya sebagai kain yang dipakai khusus acara seremonial. Sebagaimana juga pada terapan pemakaian busana adat lelaki sasak umumnya. Batik Rembang alias lokcan ini dipakai sebagai asesoris tambahan bagian bawahan.
penampilan busana adat sasak. Yang sebenarnya secara trah lebih
bernuansa adat Bali & Jawa.
Sebagai lapisan tambahan kain utama songket asli khas Sasak, disebut
leang atau dodot. kemudian baru dikenakan batik/lokcan. Lokal sasak menyebutnya penempatan kain sisipan itu dengan istilah Kain Dalam Dengan Wiron. Yaitu penutup bawah yang menumpuk pada songket utama, tapi dibedakan dengan cara pemasangannya di-wiru. Dilipat susun dengan salah satu ujung kain menyentuh hingga batas mata kaki. hal ini sebagai perlambang sikap rendah hati. Batik Rembang dengan motif lokcan sekarang ini sangat sulit ditemui pada pemakaian masa kini. Alasan-nya batik rembang motif lokcan selain jika asli pasti mahal, dus pada masa lalu hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Orang kaya/mampu. Sehingga pada perkembangan berikutnya, Wajar, biasa-nya diganti dengan motif songket lain. Adapun atasan tetap jas hitam, pegon. Selain juga merupakan pengaruh dari trah akar budaya jawa dan sentuhan eropa. 

Lokcan secara muasal juga disebutkan dari Juana(Juwana), wilayah yang terletak antara Pati dan Rembang. Sekalipun kanal lain juga menyebutkan indramayu juga resmi mengklaim bahkan telah mematenkan pakem lokcan sebagai motif khas asal Indramayu (http://www.bloggermangga.com/2015/03/50-motif-batik-indramayu-yang-sudah.html). Hanya saja lokcan indramayu telah mengalami modifikasi multi warna. Tidak seperti lokcan asal rembang/juana yang khas mengandalkan single warna.
Dan yang lebih menarik pada Lokcan Rembang (1) ini adalah pemilihan warna dasar hijau. Padahal umumnya lokcan berwarna dasar krem/coklat muda (beige). Dan tentu saja ini sebagai indikasi nilai plus. Jarang ditemui alias kategori Rare. Lokcan dengan bahan dasar sutera cina edisi lama sudah sangat jarang ditemui. Kalaupun ada pasti telah menjadi item limited yang susah dicari. Hanya terpajang di galeri pribadi dan rumah butik tertentu.Bahkan di koleksi pihak museum. Semisal Los Angeles county museum of art and wetherhill.   




rupa batik dipampang terbuka, terlihat muotif utama adalah burung Hong dan aneka bunga .

Pada poligon kuning adalah motif untai daun yang menggambarkan tumbuhan Pakis. Juga tampak jahitan halus upaya menyambung bagian yang robek.



beberapa bagian pinggir terlihat sobek dan terkoyak

Bagian jahitan yang tidak simetris. Paduan letak motif jadi tidak tepat. Namun bisa jadi ini karena faktor perbaikan.




bagian ujung pinggiran yang paling rentan lapuk