SAMPEL 3
Nama batik : Batik Madura
Jenis kategori : Kain Panjang perempuan.
Dimensi : 254 X 110 cm
Warna dominan : Hijau (ocean green)
Warna variasi : Carmine Red - Brown - Purple - Putih warna dasar kain
Kondisi : baik
Sesi potret : outdoor - pagi hari
Corak ornamen : simbolis dan ikon
Bahan : Katun / cotton
Deskripsi :
Nama batik : Batik Madura
Jenis kategori : Kain Panjang perempuan.
Dimensi : 254 X 110 cm
Warna dominan : Hijau (ocean green)
Warna variasi : Carmine Red - Brown - Purple - Putih warna dasar kain
Kondisi : baik
Sesi potret : outdoor - pagi hari
Corak ornamen : simbolis dan ikon
Bahan : Katun / cotton
Deskripsi :
Dibanding dengan dua sample batik tulis sebelumnya. Batik madura yang tampil kali ini agak lebih sederhana pada penyajian visual ornamen. Agak lebih minimalis secara penyajian porsi gambar karena berupa pengulangan alur vertikal bolak-balik (sisi lebar) sepanjang bentuk persegi utuh. Kesan-nya agak monoton. Ditengarai karena merupakan batik proses cap. Sangat mudah mengenali dari kemiripan dan porsi sama pada corak motif-nya. Warna identik warna khas alam...coklat dan hijau.Lis-lisan berupa garis hampa tanpa motif imbuhan.
tidak terdapat nama pabrikan... hanya tera nomer produksi, semacam SNI : 000000069 |
Penampakan keseluruhan kain... motif cap terlihat dari pola repetitif.. pengulangan alat cap. |
Pada bagian ini juga kurang presisi... terdapat jarak renggang pada gambar yang dilingkari warna kuning. |
Lis-lisan tunggal. hanya menyisakan ruang kosong selebar 1-1,5 Cm tanpa ragam ornamen penghias dan ditempatkan pada bagian sisi lebar. Sementara pada sisi tepi panjangnya tetap ditimpa media cap. |
Kini mari coba membahas secara rinci detil pesan simbol dengan langkah terjemahan berdasarkan rujukan berbagai referensi dan ilmu dasar gambar. Imajiner dan sekaligus imajinasi. Tentu saja, ini merupakan upaya memaknai bahasa simbol-simbol. Mengingat gaya penampilan batik Madura ini sangat total ikonik. Tidak menyuguhkan rambu-rambu realisme. Bisa saja terjemahannya meleset. Syukur kelak bisa ditemui nama identik pakem ini dan maksud tersirat bahasa ikon yang dikandungnya.
Well,
untuk memudahkan tahap lanjut terjemahan berikutnya. Satu porsi bingkai tampilan gambar ikon itu sengaja saya crop. Menandai dengan beberapa poligon aneka bentuk. Menyesuaikan porsi keseimbangan kiri-kanan. Sebagai panduan pendukung agak semakin eye-catching. Mudah dipahami secara perlahan.
Posisi puncak ternyata di tempati bintang tunggal (sudut 5). Berbintik putih dengan penegasan bintang kecil lagi ditengah-nya. Esensi-nya merujuk pada pesan religius. Sebagaimana penempatan sila pertama di lambang Garuda pancasila. "pengukuhan dalil KeTuhanan" selalu menempati urutan awal. Berada pada puncak tertinggi. hal ini sangat sejalan dengan struktur bangun tubuh manusia itu sendiri. Bahwa cakra puncak berada di kepala. Bahkan warna aura selalu identik putih. Warna harkat kesucian. Hingga turun ke jenjang dibawahnya jika disinergikan pada ajaran Tantra. Jadi secara keseluruhan motif dan corak ikonik sebenarnya mengacu pada filosofi kehidupan. Bisa dimaknai sebagai ajaran dan nilai Falsafah hidup yang di anut masyarakat di bumi Madura.
kayon versi Sunan Kalijaga |
Bahkan jika dikaitkan dengan pesan moral falsafah hidup tembang macapat aransemen sunan Kalijaga masih ada korelasi-nya. Sebagaimana ujaran bait tembang "Lir-ilir". Lir-ilir...Lir-ilir, Tandure wis sumilir...Tak ijo royo-royo.. tak senggo temanten anyar..Cah angon-cah angon penekno Blimbing kui. Jika di translasi bahasa artinya kurang-lebih "Bangunlah..bangkit!.. Tanaman sudah bersemi.. Demikian menghijau bagai pengantin baru.. Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu". Memanjat pohon belimbing untuk memetik buah, dalam syair lagu ini bukan tanpa maksud. Ini adalah aktivasi vertikal abdi dan Sang Pencipta. Habblum-minallah. Bahkan secara konotasi belimbing jika buah-nya dipotong akan terbentuk pola Bintang.
Menarik bukan? Setidaknya mulai terkuak dari maksud motif corak madura ini. Amati lagi pada gambar. Pola bintang tunggal di puncak dan pasangan kiri-kanan..blok-blok poligon tadi secara tidak langsung akan memperlihatkan struktur bangun model stupa. Atau jika disinergikan wacana dakwah islami (versi sunan) mengarah pada bentuk Gunungan. Yang dalam pewayangan disebut atribut Kayon. Gunungan versi gubahan sunan Kalijaga disebut Blumbangan. Sedang pada zaman Kartasura diubah lagi menjadi Gunungan Gapuran. Gapuran konotasi mudahnya adalah gapura, gerbang. Lorong masuk dari suatu pentas/ ajang kehidupan. Dalam hal ini kandungan filsafat melambangkan tatanan luhur peradapan bangsa sejak masa lalu.
Poin berikutnya, mengapa dominasi latar kain pilihan hijau. Sangat besar korelasi-nya dengan kutipan bait syair Lir-ilir. "tak ijo royo-royo...". Hijau adalah perwujudan warna bumi, Kelimpahan, kesuburan hingga keseimbangan.
Menarik bukan? Setidaknya mulai terkuak dari maksud motif corak madura ini. Amati lagi pada gambar. Pola bintang tunggal di puncak dan pasangan kiri-kanan..blok-blok poligon tadi secara tidak langsung akan memperlihatkan struktur bangun model stupa. Atau jika disinergikan wacana dakwah islami (versi sunan) mengarah pada bentuk Gunungan. Yang dalam pewayangan disebut atribut Kayon. Gunungan versi gubahan sunan Kalijaga disebut Blumbangan. Sedang pada zaman Kartasura diubah lagi menjadi Gunungan Gapuran. Gapuran konotasi mudahnya adalah gapura, gerbang. Lorong masuk dari suatu pentas/ ajang kehidupan. Dalam hal ini kandungan filsafat melambangkan tatanan luhur peradapan bangsa sejak masa lalu.
Poin berikutnya, mengapa dominasi latar kain pilihan hijau. Sangat besar korelasi-nya dengan kutipan bait syair Lir-ilir. "tak ijo royo-royo...". Hijau adalah perwujudan warna bumi, Kelimpahan, kesuburan hingga keseimbangan.
Selanjutnya keterangan tambahan diwakili via lampiran zoom foto.
Motif puncak di awali Bintang. terkait dengan azas keTuhanan Akan lebih menarik jika dihubungkan dengan ungkapan di bawah ini :Tradisi falsafah Jawa yang mengutamakan pengolahan jati diri melalui praktek-praktek meditasi dan mistik dalam mencapai kemuliaan adalah satu sumber utama penciptaan corak-corak batik tersebut selain pengabdian sepenuhnya kepada kekuasaan raja sebagai pengejawantahan Yang Maha Kuasa di dunia. Sikap ini menjadi akar nilai-nilai simbolik yang terdapat di balik corak-corak batik menurut Djajasoebrata (dalam Anas, Biranul, 1995: 64) |
No comments:
Post a Comment