SPESIKASI
Jenis : Rhodonite
Bentuk : Oval
Cutting
style : Cabochon
Color : pink - green -- blue -- black
Clarity : Opaque
Origin : Sumbawa - Indonesia
NOTE : Rhodonite! gems yang satu terbilang cukup unik. Bukan saja sebagai varian spesimen batuan 'unggul' yang belakangan mulai terangkat ke permukaan dan beranjak di buru para penikmat hobi batu. Secara bumbu wacana, tentu saja dikaitkan dengan 'sejak' menang kontes. Dan sudah bisa dipastikan terkait dengan upaya terselubung kemasan promosi asal daerah bersangkutan. Dan seperti-nya hal itu lumrah, bisa dimaklumi berbagai pihak dalam jagat perbatuan belakangan ini. Namun, disisi lain, ada kalangan yang tetap memerlukan informasi riel mengenai batuan yang di unggah dengan berbagai balutan pemanis reka-reka tadi. Toh, tidak semua penikmat adalah kubu pemercaya mitos. Ataupun pihak lain yang membuta-kan diri semata demi mendukung geliat perkembangan yang kian larut, dan menguat di bidang terkait. Yah, nama-nya pemanis bahasa.... jangan-jangan belakangan malah berakibat mental akut. Bak efek samping gula sintesis yang berdampak tidak menyehatkan secara fisik maupun psikologis penggemar-nya, kelak!. Apa hubungannya? lah iya-lah, setidaknya bagi saya pribadi. Memaparkan identitas batu ini secara lebih relevan itu penting. Toh begitu banyak kanal pendukung yang menjelaskan tentang Rhodonite.
Faktor 'pemanis bahasa' tadi sebagai pengantar semoga mengungkap identitas gems ini. Bukan malah menyesatkan dan membingungkan. Hingga akibat terkelabuhi malah terkesan ujung"nya ditengarai batuan sintesis,..akibat gula bahasa sintesis. Padahal ini batuan asli alam. Yang secara bergulir dan kelindan hendak di angkat harkat-nya... hendak di-mulia-kan derajatnya.
Rhodonite, asal Kalimantan berjuluk resmi Red Borneo. nama lain disebut sebagai Ruby Kalimantan. Kenapa di juluki rubi? padahal secara gamblang, kandungan mineral jelas beda jauh. Apalagi kekerasan-nya. Rhodonite mineral pembentuk utamanya adalah Mangan-inosilicate (Rhodonite is a manganese inosilicate, (Mn, Fe, Mg, Ca)SiO3 and member of the pyroxenoid group of minerals, crystallizing in the triclinic system. It commonly occurs as cleavable to compact masses with a rose-red color (the name comes from the Greek ῥόδος rhodos, rosy), often tending to brown because of surface oxidation). Sedangkan Rubi, secara strata memang telah dikenal sebagai kategori permata dengan kadar dominasi mineral Corundum. Satu kelompok dengan berbagai varian safir.
Lalu kenapa penyebutan Rubi Kalimantan bisa sah di sandang si Rhodonite asal kalimantan (Red Borneo)? Bisa jadi ini adalah inisial yang dimudahkan bagi kalangan penggemar batuan lokal. Lagi-lagi sebagai pemanis bahasa pengantar saja. Secara spesifik karena terlihat dari kesamaan unsur warna merah-nya. Dan mungkin saja, istilah ini nongol lantaran sinergitas komersil dan geliat perniagaan-nya. Ekspektasi yang ditengarai sebagai pendongkrak nilai jual dan lelang. Entah apakah ada relevansi dari tagline baku. Ketika penggemar tidak bisa memiliki rubi/safir tipe original dan berkelas serta tak terjangkau daya beli... masih ada opsi alternatif. Propabilitas-nya sangat kentara. Toh, tidak itu saja. Sama halnya dengan fenomenal chrysocolla in calsedony, ngetop dengan istilah Bacan. Orang luar lebih mengenal sebagai "Giok Indonesia". Bukannya lebih mempersempit skup kawasan menjadi Giok Bacan. Karena korelasi teritorial tadi. Sekali lagi, ini persoalan jalan pintas demi kemudahan memahami asal batuan. Dalam bisnis dagang skala global di labeling asal negara. Ketika dipersempit kawasan nasional. Justru yang di angkat adalah inisial korelasi daerah. Lumrah kog! Bahasa pengantar di sektor perniagaan memang akan sangat kontradiktif ketika ditemukan dalam porsi scientifik. Hehehe...,
Bahkan sekedar memaknai warna saja bisa beda konotasi MERAH. Rubi terkenal dengan strata fenomena unggulan warna blood pigeon. Sementara pada Red Borneo... sejauh pantauan lebih usung kategori warna unggulan merah Fanta. Sangat komplikatif...., seperti kasus memaknai kemiripan merah yang dimiliki Bacan merah (Obi merah) skup kawasan kepulauan Halmahera. Trus ada Red Raflessia asal Bengkulu. Atau Red Baron asal Pacitan. Mendadak spektrum merah-nya sangat berwarna-warni. Ber-gradasi dan barangkali menjunjung derajat asal wilayahnya. Padahal klo dicermati. semisal Red Raflessia..inisial ini nurut saya masih sinergis. Ada bumbu mengangkat tematik ikon Indonesia.. ke-KITA-an, Rafflesia arnoldi si bunga bangkai paritas langka. Eh, giliran Red Baron.. entah juntrungan-nya kemana? sangat tidak mengEndonesia... sebab merujuk pada faktor sohor penerbang populer asal Jerman, Manfred Von Richthofen.
Giliran Rhodonite asal Sumbawa,
Secara fisik jelas sama, kandungan warna cenderung pink.. dengan variasi warna yang cukup indah dimaknai secara lahiriah. Sampel" bebatuan yang saya peroleh sedikit lebih multi color dan memiliki spot-spot unik alami. Asumsi bahwa memdapatkan bagian rhodonite yang total merah sepertinya agak menyulitkan. Bisa jadi oleh sebab gumpalan rough yang didapat dari galian tambang sudah berupa bongkahan dengan kandungan banyak warna. Bisa juga faktor kematangan jeroan, geo-therma panas bumi. Yang terpungut oleh penambang lokal sana masih kategori rhodonite muda, belum menyentuh tipe unggulan yang dominasi merah. Selama ini imbauan demi mendapat warna dominan pink belum juga terealisasi. Rata-rata para pengrajin batu rhodonite memotong sesuai porsi belahan dari rough yang ada. Tanpa memilah tipikal grade.
Secara clarity, rhodonite Sumbawa cenderung opaque. Hanya pada sisi tertentu saja yang bersifat translucent. Yah bagian merah muda-nya itu! Sehingga sangat wajar opini bahwa memperoleh bagian total merah akan lebih menyulitkan. Bahkan, menurut laporan perkembangan terakhir, telah beredar larangan dari aparat berwenang untuk tidak lagi diadakan penambangan simultan terhadap rhodonite di sana. Mengapa? padahal pada awal penyelenggaran event lokal, Rhodonite sumbawa pernah di-menangkan dalam kontes gemstone-lovers. Gaung bahwa batu lokal dapat menunjang sektor income dan mata pencaharian baru bagi warga, rupanya perlu di tinjau ulang. Tentu saja alibi adalah pada konservasi lingkungan. Kekhawatiran akan gradasi lingkungan akibat ekploitasi berlebih. Fenomena-nya begini, jika ter-orbit secara masal karya mata cincin akibat keleluasaan menambang dari alam, akibatnya harga justru akan anjlok. Akibat supply barang produksi yang tinggi. Sementara dilain sisi, gemstone bukanlah sesuatu yang bisa di daur ulang. Sumber kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui. Diperkembang-biakkan secara regeneratif seperti benda biotik. Ini kategori a-biotik, kalaupun di replika... yang sudah jelas bakal di tengarai sebagai batuan imitasi. handmade... bukan olahan alam lagi. Di pikir-pikir lagi... paling tidak sejak dini, kita sudah lebih mawas dan cermat mengkaitkan "benang-merah" dari permasalahan yang ada. Memetakan analisis SWOT mandiri.
Selanjutnya, menilik hal-hal bahasan yang agak kontradiktif.
Apakah benar klaim bahwa rhodonite sering dikenal sebagai safir Afrika ?.. terlebih sebagai jasper. Yah bisa jadi ini kembali pada kasus bahasan awal. Bahasa pemanis pengantar dalam performa niaga bergulir. Toh gak ubahnya Red Borneo yang di identikkan Rubi Kalimantan. Rupanya sebagai geliat gelombang berikutnya secara simultan rhodonite Sumbawa dipoles dengan kemasan Safir Afrika. sub-ordinat... di kawasan dengan koordinat titik bumi yang lain. Agak riskan sih, citra diri Rhodonite justru semakin labil dalam penyamaran batuan yang lain. Safir..sapphire adalah citra mineral corundum. Bahkan jika di konotasikan jasper akan beda lagi. Kenapa rhodonite kerap harus mendompleng permata atawa gemstone lain. Apakah secara lahiriah rhodonite tidak cukup mapan unjuk diri diakui sebagai batu yang beranjak mulai-mulia ?
Jasper, secara spesifik disebutkan in-english"..Jasper, an aggregate of microquartz and/or chalcedony and other mineral phases,[1][2] is an opaque,[3] impure variety of silica, usually red, yellow, brown orgreen in color; and rarely blue. (rujukan wikipedia).
Artinya secara alur silsilah masuk dalam keluarga Calsedony. Apakah memang benar secara bertahap rhodonite akan mengalami fase kristal... bermetamorfosis seperti hal-nya batu Bacan? Hm... belum bisa untuk menjawabnya. Sebab, Bacan memiliki mineral kandungan lain berupa Chrysocolla. Satu kandungan mineral yang konon pada mata cincin bisa melepas kadar kapur dari tipikal bacan khusus yang berciri fisik ada kandungan kristal-nya. Bukan tipe bacan lembek... atau bacan muda yang dominan kadar kapurnya. Lalu Rhodonite sendiri bagaimana? Apakah termasuk tipe Kalsedoni saja atau chrysocolla in Calsedony? Moga ketiban pencerahan berikutnya.
Merah-ku... merah kita...,
No comments:
Post a Comment